Jelang PPDB Sekolah Negeri Kota Batu Alami Krisis Tenaga Guru

KOTA BATU – malangpagi.com
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) sebentar lagi akan segera dimulai. Namun, saat ini Kota Batu sedang mengalami kekurangan tenaga pengajar dan hal itu menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi oleh sejumlah SMA di Kota Batu dan Kota Malang.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Aries Agung Paewai membenarkan hal tersebut. Kekurangan guru honorer bukan hanya terjadi di Kota Batu, ataupun wilayah Malang Raya saja melainkan di kabupaten/kota lainnya.
“Meskipun kebutuhan akan pendidikan berkualitas terus meningkat, keterbatasan anggaran dan aturan yang ketat telah menjadi kesulitan utama dalam pengadaan guru honorer. Sehingga menyebabkan situasi tersebut,” ucapnya saat ditemui di Balaikota Among Tani, Senin (4/3/2024).
“Anggaran untuk pendidikan memang sudah lumayan besar, yaitu 20% dari APBD. Akan tetapi, anggaran itu tidak hanya untuk guru saja, melainkan untuk sarana dan prasarana juga,” sambungnya.
Aries menjelaskan, untuk mengatasi kekurangan itu dirinya juga meminta guru untuk menggunakan dan mengembangkan lagi teknologi dalam proses belajar mengajar. Dikarenakan, lanjut Aries, dalam era modern ini penggunaan teknologi merupakan hal yang penting.
“Selain itu, aturan pemerintah terkait pengangkatan tenaga honorer menjadi salah satu penghambat utama. Aturan yang tidak memperbolehkan dan sedikit rumit membuat proses pengangkatan guru honorer menjadi lambat dan rumit. Hal ini tidak hanya mempersulit sekolah dalam mendapatkan tenaga pengajar baru tetapi juga menimbulkan ketidakpastian bagi para calon guru honorer yang ingin mengabdikan dirinya di dunia pendidikan,” ungkapnya.
Wakil Kepala Bidang Kurikulum SMAN 1 Kota Batu, membeberkan situasi ini tidak hanya mengganggu proses belajar mengajar tetapi juga memberi tekanan tambahan pada guru yang harus mengambil alih beban kerja akibat kekurangan staf pengajar. Kondisi ini berpotensi mengurangi kualitas pendidikan yang diberikan kepada siswa, di saat mereka membutuhkan bimbingan dan pendidikan yang memadai untuk bersaing di era global.
“Kalau untuk di SMA 1 Kota Batu, saat ini kekurangan 4 tenaga guru pada mata pelajaran bahasa inggris, agama, dan bahasa indonesia. Untuk tahun depan, kemungkinan akan mengalami kenaikkan kekurangan sebanyak 14 guru, karena banyak yang pensiun. Kami sudah pernah mengajukan untuk pengadaan guru, namun prosenya tidak semudah memesan di marketplace. Lalu, untuk GTT ataupun PTT juga sudah diadakan, namun belum mencukupi. Kami mau melakukan perekrutan, cuma terkendala anggaran sehingga tidak bisa,” ungkapnya.
Menurut Kepala Bagian TU Cabang Dinas Pendidikan Kota Malang-Batu, Denny Irawan menyebutkan salah satu faktor utama yang menyebabkan kekurangan guru adalah minimnya anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan, terutama dalam hal perekrutan dan penggajian tenaga pengajar honorer yang susah mendapatkan izin dari BKAD provinsi.
“Kami sangat membutuhkan tambahan guru, terutama untuk mata pelajaran tertentu yang membutuhkan spesialisasi, namun anggaran yang terbatas membuat kami kesulitan untuk merekrut tenaga honorer,” ujarnya.
“Beberapa rekan sejawat yang lain merasa terhambat oleh regulasi yang ada. Mereka ingin berkontribusi penuh bagi dunia pendidikan. Namun kenyataannya, proses administrasi dan ketentuan yang berlaku membuat mereka harus menunggu waktu yang lama untuk bisa benar-benar terlibat secara resmi,” papar Ketua MGMP Sejarah Kota Malang, Zainul Hasan itu.
Tidak hanya berdampak pada guru dan administrasi sekolah, kondisi ini juga dirasakan oleh para siswa. Salah satu siswa SMA di Kota Batu yang enggan disebutkan namanya menyatakan, sering kali merasa dirugikan karena kurangnya guru mata pelajaran tertentu.
“Terkadang, satu guru harus mengajar beberapa mata pelajaran yang berbeda, dan ini tentu berpengaruh pada kualitas pembelajaran kami,” pungkasnya. (MK/YD)